MARRIED BY ACCIDENT [MBA]

Kisah ini adalah kisah nyata, dari seseorang yang aku kenal. Namanya, sebut saja Sisca. Kisah dibawah ini sekedar gambaran saja dan penulis tidak bermaksud membuka aib tentang Sisca, namun hanya ingin berbagi agar kita dapat mengambil hikmah dibalik kisah ini. Semoga. Wanita muda yang biasa kupanggil Sisca itu, kini berumur sekitar 22 tahun dengan satu anak yang di asuh oleh neneknya Sisca. Ia memang sedari kecil dibawah pengasuhan neneknya. Sisca dan neneknya sangat dekat sekali. Meski kerap Sisca tidak mau mendengarkan nasihat neneknya, namun Sisca anak yang rajin membantu pekerjaan rumah. Karenanya, dengan keuletan Sisca, ia kini bekerja di sebuah perusahaan swasta, di bagian administrasi. Sisca sudah tidak memiliki suami lagi. Ia dan suaminya telah bercerai beberapa tahun lalu. Meski berhasil membesarkan anaknya dan berhasil pula di pekerjaan, namun rumah tangga Sisca menjadi korbannya. Kupikir wajar, sebab Sisca menikah di usia yang sangat muda. Usia yang belum paham mengenai apa itu pernikahan. Tetapi dia harus sudah menjalani itu semua karena kesalahan pergaulannya. Ya. Dia MBA alias Married By Accident. Sisca hamil di saat ia menginjak bangku SMP kelas 3.

Lelaki yang menghamili Sisca pun ternyata teman sebayanya. Alhasil keduanya yang hendak menjelang ujian kelulusan SMP, harus mengubur impian dan cita-citanya dalam-dalam lantaran keduanya sudah diberi tanggung jawab yang besar. Yakni menjalani rumah tangga dan beberapa bulan lagi bakal menjadi orangtua.  Setelah melangsungkan pernikahan, Sisca tinggal dirumah keluarga suaminya. Awal pernikahan mereka selalu diwarnai keributan. Umur yang masih muda ditambah kedewasaan berpikir yang belum terbentuk membuat rumah tangga Sisca dan suaminya seperti neraka. Kerjaan mereka hanya bertengkar dan ribut saban hari, bahkan oleh hal-hal sepele. Yang paling terasa tentu kesulitan keuangan yang melanda keduanya. Maklum, hari gini tidak satupun tempat usaha yang menerima lelaki lulusan SD. Akhirnya mereka bercerai ketika anaknya berumur 2 tahun. Awalnya Sisca tidak mengerti bagaimana menghidupi anaknya. Semua pekerjaan telah dilakoninya, termasuk menjadi wanita penghibur. Dan ternyata, dulu ibu Sisca pun seorang wanita penghibur pula. Ah, kenapa rata-rata anak mengikuti jalan hidup orangtuanya, ya? atau minimal, mirip lah. Namun Sisca tak mau selamanya demikian. Ia akhirnya mencari dan terus mencari pekerjaan yang baik. Meski gajinya tak seberapa, namun Sisca tenang menjalaninya. Semoga ia mendapatkan pengganti yang lebih baik dari suami sebelumnya dan lebih matang dalam bertindak serta memutuskan sesuatu. Saya pikir hal seperti ini banyak terjadi di kalangan masyarakat kita. Karenanya jangan lengah untuk terus mengawasi anak-anak kita, terutama remaja agar tidak salah langkah dna terjerumus seks bebas atau menjadi pengguna narkoba. Naudzubillah hi' Min Dzalik...